ASAL MULA SIPAHUTAR
SOPIAK LANGIT RAJA SIPAHUTAR
(Berdasarkan riwayat dan silsilah Marga Sipahutar inilah, Penulis sendiri adalah merupakan keturunan dari Ompu Bela Sipahutar No.14.)
Dari cerita yang turun temurun, maka konon ceritanya RAJA SIPAHUTAR digelari juga 'SOPIAK LANGIT'. Gelar itu diberikan kerena kondisi indera penglihatannya tidak sempurna. Konon tanah kelahiran Si Raja Sipahutar berasal dari 1 kampung di pinggiran Danau Toba, sekitar kota Porsea. Adapun saudara dari Raja Sipahutar adalah abang beradik yang berasal dari 1 Ayah, yang bernama Datu Dalu. Abang beradik itu adalah :
1. Pasaribu (Habeahan, Bondar, Gorat)
2. Batubara
3. Sipahutar
4. Matondang
5. Tarihoran
6. Harahap
7. Gurning
8. Saruksuk
9. Parapat
10. Tanjung
Sedari kecil sampai besar Sopiak Langit sudah belajar perdukunan. Dia sangat dikenal sekaligus ditakuti oleh orang banyak karena kesaktiannya. Bahkan pengaruh kekuatannya itu yang kemudian memperkenalkan dirinya dengan seorang pariban yang bernama 'GIRING PANAITAN BORU HASIBUAN', putri dari Tulangnya, HASIBUAN DATURARA dari kampung Janjimatogu Porsea. Yang dikemudian hari dipinang menjadi istrinya.
3 anak keturunan Sopiak Langit Raja Sipahutar dari Boru Hasibuan adalah :
1. Hutabalian (Sulung)
2. Namora Sohataon (Tengah)
3. Daulai (Bungsu)
Namun yang tetap membawa marga Sipahutar sampai hari ini hanya dari anak no.2 yaitu Namora Sohataon.
Sementara anak bungsunya, Daulai membawa marga Daulai.
Sedangkan yang anak sulungnya, Hutabalian tidak memiliki keturunan karena dihukum oleh Bapaknya. Ia ditiup oleh Bapaknya sampai ke bukit Simanuk Manuk. Ini semua dikarenakan sikap Hutabalian yang tidak terpuji.
Dikemudian hari, Sopiak Langit sering merenung dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan Ia pergi jauh dari kampungnya untuk melupakan kejadian menyedihkan tersebut. Ketika Ia pergi dari kampungnya, Ia meninggalkan istrinya, Boru Hasibuan, namun kedua anaknya yang lain turut dibawanya. Mereka bertiga berpetualang selama berhari-hari menelusuri jalan dan daerah yang tak bertuan dan tak bernama. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka berhenti di suatu tempat dan mendirikan Para-para (menara kayu) sebagai tempat untuk mereka tinggal. Disanalah Ia berladang sambil membesarkan kedua anaknya. Kampung inilah yang kemudian bernama DESA SIPAHUTAR (sekarang Kecamatan Sipahutar), karena Raja Sipahutar yang bergelar Sopiak Langitlah yang merintisnya.
Setelah kedua anaknya dewasa, Si Bungsu, Daulai merantau ke daerah Tapanuli Selatan (Sipirok, Angkola, sampai ke Mandailing). Dari daerah inilah kemudian berkembang luas Marga Daulai dan berdiaspora sampai hari ini. Sedangkang si anak kedua, Namora Suhataon, Ia menetap di kampung itu. Sampai akhirnya Ia menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu :
1. Namora Tongguon (Sulung)
2. Paung Bosar (Bungsu)
Dalam perjalanan hidup Sopiak Langit selama di kampung Sipahutar, mamiliki banyak cerita dan dongeng. Ada yang menggambarkan jika Ia memiliki kekuatan yang tak tertandingi, Ia memiliki ilmu kebal. Ada juga yang mengatakan bahwa Ia adalah Dukun Sakti Mandraguna, yang dapat mengobati beragam penyakit. Dan masih baynak juga pekerjaan2 positif lainnya. Tetapi dibalik kehebatannya itu, ada juga pekerjaan2 atau sikap2nya yang kurang terpuji. Seperti mengambil istri orang lain untuk menjadi istrinya melalui kekuatan yang dimilikinya.
Sopiak Langit meninggal secara alamiah di desa Sipahutar. Di kemudian hari di tahun 1971 oleh keturunan Sipahutar dibuatlah makam resmi beserta tulang belulang istrinya, Boru Hasibuan yang diambil dari desa Janji Matobu, Porsea.
Adapun cerita dari kedua cucu Sopiak Langit yang bernama Namora Tongguon dan Paung Bosar beserta keturunannya pada akhirnya meninggalkan desa tersebut untuk mencari tempat hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan tanah dan harta warisan yang dititipkan ke Marga Silitonga. Hal inilah yang di kemudian hari sampai dengan hari ini tidak ada lagi keturunan Sipahutar di desa tersebut, melainkan diganti dengan keturunan Silitonga.
Keturunan dari Namora Tongguon ada 5 orang :
1. Ompu Mandalo (bertempat di Lubu Singkam, Sipoholon, Tarutung, Garoga)
2. Ompu Sahata (bertempat di Lubu Singkam, Pagar Batu, Parsingkaman/Banuaji)
3. Ompu Rido (bertempat di Parsoburan, Garoga, Labuhan Batu)
4. Ompu Partuhoran (bertempat di Tarutung, Siborong-borong, Sibolga)
5. Ompu Raja Silaing (bertempat di Pagar Batu, Adian Koting, Pinangsori, Pahae)
Keturunan dari Paung Bosar ada 4 orang, yaitu :
1. Ompu Bela
2. Ompu Porhas Sohaunangan
3. Ompu Jokkas Ulubalang
4. Ompu Namora Sojuangon
4 keturunan dari Paung Bosar bermukim di daerah :
Tarutung, Parsingkaman, Silangkitang, Sipan/Sihaporas (Sibolga), Pinangsori, Batangtoru, dan daerah2 lain. Demikianlah keturunan2 Raja Sipahutar tersebar ke seluruh negeri yang kemudian sampai ke kota2 besar hingga DKI Jakarta.
Dari ke-9 keturunan inilah yang pada akhirnya mewarnai perkembangan kuantitas/jumlah marga Sipahutar di muka bumi ini.
Berdasarkan riwayat dan silsilah Marga Sipahutar inilah, Penulis sendiri adalah merupakan keturunan dari Ompu Bela No.14.
SOPIAK LANGIT RAJA SIPAHUTAR
(Berdasarkan riwayat dan silsilah Marga Sipahutar inilah, Penulis sendiri adalah merupakan keturunan dari Ompu Bela Sipahutar No.14.)
Dari cerita yang turun temurun, maka konon ceritanya RAJA SIPAHUTAR digelari juga 'SOPIAK LANGIT'. Gelar itu diberikan kerena kondisi indera penglihatannya tidak sempurna. Konon tanah kelahiran Si Raja Sipahutar berasal dari 1 kampung di pinggiran Danau Toba, sekitar kota Porsea. Adapun saudara dari Raja Sipahutar adalah abang beradik yang berasal dari 1 Ayah, yang bernama Datu Dalu. Abang beradik itu adalah :
1. Pasaribu (Habeahan, Bondar, Gorat)
2. Batubara
3. Sipahutar
4. Matondang
5. Tarihoran
6. Harahap
7. Gurning
8. Saruksuk
9. Parapat
10. Tanjung
Sedari kecil sampai besar Sopiak Langit sudah belajar perdukunan. Dia sangat dikenal sekaligus ditakuti oleh orang banyak karena kesaktiannya. Bahkan pengaruh kekuatannya itu yang kemudian memperkenalkan dirinya dengan seorang pariban yang bernama 'GIRING PANAITAN BORU HASIBUAN', putri dari Tulangnya, HASIBUAN DATURARA dari kampung Janjimatogu Porsea. Yang dikemudian hari dipinang menjadi istrinya.
3 anak keturunan Sopiak Langit Raja Sipahutar dari Boru Hasibuan adalah :
1. Hutabalian (Sulung)
2. Namora Sohataon (Tengah)
3. Daulai (Bungsu)
Namun yang tetap membawa marga Sipahutar sampai hari ini hanya dari anak no.2 yaitu Namora Sohataon.
Sementara anak bungsunya, Daulai membawa marga Daulai.
Sedangkan yang anak sulungnya, Hutabalian tidak memiliki keturunan karena dihukum oleh Bapaknya. Ia ditiup oleh Bapaknya sampai ke bukit Simanuk Manuk. Ini semua dikarenakan sikap Hutabalian yang tidak terpuji.
Dikemudian hari, Sopiak Langit sering merenung dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan Ia pergi jauh dari kampungnya untuk melupakan kejadian menyedihkan tersebut. Ketika Ia pergi dari kampungnya, Ia meninggalkan istrinya, Boru Hasibuan, namun kedua anaknya yang lain turut dibawanya. Mereka bertiga berpetualang selama berhari-hari menelusuri jalan dan daerah yang tak bertuan dan tak bernama. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka berhenti di suatu tempat dan mendirikan Para-para (menara kayu) sebagai tempat untuk mereka tinggal. Disanalah Ia berladang sambil membesarkan kedua anaknya. Kampung inilah yang kemudian bernama DESA SIPAHUTAR (sekarang Kecamatan Sipahutar), karena Raja Sipahutar yang bergelar Sopiak Langitlah yang merintisnya.
Setelah kedua anaknya dewasa, Si Bungsu, Daulai merantau ke daerah Tapanuli Selatan (Sipirok, Angkola, sampai ke Mandailing). Dari daerah inilah kemudian berkembang luas Marga Daulai dan berdiaspora sampai hari ini. Sedangkang si anak kedua, Namora Suhataon, Ia menetap di kampung itu. Sampai akhirnya Ia menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu :
1. Namora Tongguon (Sulung)
2. Paung Bosar (Bungsu)
Dalam perjalanan hidup Sopiak Langit selama di kampung Sipahutar, mamiliki banyak cerita dan dongeng. Ada yang menggambarkan jika Ia memiliki kekuatan yang tak tertandingi, Ia memiliki ilmu kebal. Ada juga yang mengatakan bahwa Ia adalah Dukun Sakti Mandraguna, yang dapat mengobati beragam penyakit. Dan masih baynak juga pekerjaan2 positif lainnya. Tetapi dibalik kehebatannya itu, ada juga pekerjaan2 atau sikap2nya yang kurang terpuji. Seperti mengambil istri orang lain untuk menjadi istrinya melalui kekuatan yang dimilikinya.
Sopiak Langit meninggal secara alamiah di desa Sipahutar. Di kemudian hari di tahun 1971 oleh keturunan Sipahutar dibuatlah makam resmi beserta tulang belulang istrinya, Boru Hasibuan yang diambil dari desa Janji Matobu, Porsea.
Adapun cerita dari kedua cucu Sopiak Langit yang bernama Namora Tongguon dan Paung Bosar beserta keturunannya pada akhirnya meninggalkan desa tersebut untuk mencari tempat hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan tanah dan harta warisan yang dititipkan ke Marga Silitonga. Hal inilah yang di kemudian hari sampai dengan hari ini tidak ada lagi keturunan Sipahutar di desa tersebut, melainkan diganti dengan keturunan Silitonga.
Keturunan dari Namora Tongguon ada 5 orang :
1. Ompu Mandalo (bertempat di Lubu Singkam, Sipoholon, Tarutung, Garoga)
2. Ompu Sahata (bertempat di Lubu Singkam, Pagar Batu, Parsingkaman/Banuaji)
3. Ompu Rido (bertempat di Parsoburan, Garoga, Labuhan Batu)
4. Ompu Partuhoran (bertempat di Tarutung, Siborong-borong, Sibolga)
5. Ompu Raja Silaing (bertempat di Pagar Batu, Adian Koting, Pinangsori, Pahae)
Keturunan dari Paung Bosar ada 4 orang, yaitu :
1. Ompu Bela
2. Ompu Porhas Sohaunangan
3. Ompu Jokkas Ulubalang
4. Ompu Namora Sojuangon
4 keturunan dari Paung Bosar bermukim di daerah :
Tarutung, Parsingkaman, Silangkitang, Sipan/Sihaporas (Sibolga), Pinangsori, Batangtoru, dan daerah2 lain. Demikianlah keturunan2 Raja Sipahutar tersebar ke seluruh negeri yang kemudian sampai ke kota2 besar hingga DKI Jakarta.
Dari ke-9 keturunan inilah yang pada akhirnya mewarnai perkembangan kuantitas/jumlah marga Sipahutar di muka bumi ini.
Berdasarkan riwayat dan silsilah Marga Sipahutar inilah, Penulis sendiri adalah merupakan keturunan dari Ompu Bela No.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar